Setelah
berakhirnya periode Klasik Islam, ketika Islam
mulai memasuki masa kemunduraan Eropa bangkit dari keterbelakangannya.
Kebangkitan itu bukan saja terlihat dalam bidang politik dengan keberhasilan
Eropa mengalahkan kerajaan - kerajaan Islam dari bagian dunia lainnya, tetapi
terutama dalam bidang Ilmu pengetahuan dan teknologi itulah yang mendukung keberhasilan
politiknya. Kemajuan - kemajuan Eropa ini tidak bisa dipisahkan dari pemerintahan
Islam di Andalusia.
Dari
Andalusia Islamlah Bangsa Eropa, banyak menimba ilmu. Pada periode Klasik,
ketika Islam mencapai masa keemasannya. Andalusia merupakan pusat peradaban
Islam yang sangat penting menyaingi Baghdad di Timur. Ketika itu orang - orang
Eropa Kristen banyak belajar di perguruan - perguruan tinggi Islam di sana.
Islam menjadi “guru” bagi orang-orang Eropa. Karena itu, kehadiran Isam di
Andalusia banyak menarik perhatian para sejarawan.
Tetapi
tidak dipungkiri kemajuan-kemajuan yang ada pada Eropa terutama setelah
berakhirnya masa kegelapan mereka adalah disebabkan kontribusi Islam di
Andalusia. Untuk itu bagaimana melihat asal - usul masuknya Islam di Andalusia,
perkembangan dan keberadaan dinasti Bani Umayyah. Peradaannya serta
faktor-faktor kemunduran dan kehancuran Islam di Andalusia disini akan diulas lebih
lanjut.
A. Asal – Usul Masuknya Islam Ke
Andalusia
Sebelum
umat Islam menguasai Andalusia wilayah yang terletak disekitar semenanjung
Iberia dan membelah Benua Eropa dengan Afrika ini dikenal dengan berbagai nama.
Sebelum abad ke - 5 M, wilayah ini disebut dengan Iberia ( atau Les Iberes ),
yang diambil dari nama Bangsa Iberia ( penduduk tertua diwilaya tersebut ).
Ketika berada dibawah kekuasan Romawi, wilayah ini dikenal dengan nama Asbania.
Pada abad ke - 5 M, Andalusia dikuasai olah Bangsa Vandal yang berasal dari
wilayah ini sejak itu wilayah ini disebut Vandalusia yang oleh umat Islam
akhirnya disebut “Andalusia”.
Sejak
pertama kali berkembang di Andalusia sampai dengan berakhirnya kekuasaan Islam
di sana, Islam telah memainkan peranan yang sangat besar. Masa ini berlangsung
selama hampir delapan abad ( 711 - 1492 M ). Pada tahap awal semenjak menjadi
kekuasaan Islam , Andalusia diperintah oleh wali-wali yang diangkat oleh
pemerintah Bani Ummayah di Damaskus. Pada periode ini kondisi sosial politik
Andalusia masih diwarnai perselisihan disebabkan karena kompleksitas etnis dan
golongan. Disamping itu juga timbul gangguan dari sisa - sisa musuh Islam di
Andalusia yang bertempat tinggal diwilayah - wilayah pedalaman. Periode ini
berakhir dengan datangnya Abdur Rahman Al - Dakhil ke Andalusia. Sebagaimana
disebutkan terdahulu, Andalusia disusuki umat Islam pada zaman Khalifah Al - Walid
( 705 - 715 M ), salah seorang Khalifah dari Bani Ummayah yang berpusat di
Damaskus. Sebelum penaklukan Andalusia, umat Islam telah menguasai Afrika Utara
dan menjadikannya sebagai salah satu provinsi dari dinasti Bani Umayyah.
Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Uatar itu terjadi di zaman khalifah Abdul
Malik ( 685 – 705 M).
K. Ali
dalam bukunya Sejarah Islam ( Tarikh Pramodren ) membagi peroide ini kepada dua
periode yaitu periode keamiran dan periode kekhilafan. Pada periode keamiran
Umayyah Andalusia dipimpin seorang puasa yang bergelar Amir ( panglima atau
Gubernur ) yang tidak terikat dengan pemerintah pusat. Amir pertama adalah
Abdul Rahman I. Setelah berhasil menyelamatkan diri dari kekejaman Al – Saffah,
Abdul Rahman menempuh pengembaran ke Palestina, Mesir dan afrika Utara hingga
ia tiba di Cheuta. Di wilayah ini ia mendapat bantuan dari bangsa Barbar dalam
menyusun kekuatan militer. Pada masa itu Andalusia sedang dilanda permusuhan
antar etnis Mudariyah dan Himyariyah.
Jika kita
melihat ke belakang, sebelum mereka menakukkan Andalusia, pada masa
pemerintahan Khalifah sebelum Al – Walid yaitu khalifah Abdul Malik ( 685 – 705
M ), umat Islam telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya salah satu
provinsi dari dinasti Ummayah, dan yang menjadi Gubernurnya adalah Hasan Bin
Nu’man Al Ghassani. Namun pada masa pemerintahan dinasti Ummayah pada khalifah
Al – Walid, Gubernur di Afrika Utara tersebut digantikan kepada Musa Ibn
Nushair. Pada Musa Ibn Nushair, mereka berhasil memduduki Al -Jazair dan Maroko
dan daerah bekas Barbar.
Menurut
sejarah sebelum Islam dapat menguasai daerah Afrika Utara ini, di daerah ini
terdapat kekuatan-kekuatan dari kerajaan Romawi. Kerajaan inilah yang selalu
mengajak masyarakat agar mau menentang kekuasaan Islam. Namum pemikiran mereka
itu dapat di habiskan atau kekuasaan Islam kerajaan Romawi ini dapat dikalahkan
oleh kekuatan Islam, sehingga wilayah Afrika Utara ini dapat dikuasai
sepenuhnya dan dari daerah sinilah Islam menguasai Andalusia.
Dalam
proses penaklukan Andalusia terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan
paling berjasa memimpin satuan-satuan pasukan kesana. Mereka adalah Tahrif Ibn
Malik , Thariq Ibn Ziyad dan Musa Ibn Nushair. Tharif dapat disebut sebagai
perintis dan penyelidik. Ia menyeberangi selat yang berada diantara Maroko dan
Benua Eropa itu dengan satu pasukan perang, lima ratus orang diantaranya adalah
tentara berkuda, mereka menaiki empat buah kapal yang disediakan oleh Julian.
Dalam penyerbuan itu Tharif tidak mendapat perlawanan yang berarti. Ia menang
dan kembali ke Afrika Utara membawa harta rampasan yang tidak sedikit
jumlahnya. Didorong oleh keberhasilan Tharif dan kemelut yang terjadi dalam
tubuh kerajaan Visighotoc yang berkuasa di Andalusia pada saat itu, serta
dorongan yang besar untuk memperoleh harta rampasan perang, Musa Ibn Nushair
pada tahun 711 M mengirimkan pasukan Andalusia sebanyak 7000 orang di bawah
pimpinan Thariq Ibn Ziad.
Thariq Ibn
Ziad lebih banyak dikenal sebagai penakluk Andalusia kerana pasukannya lebih
besar dan hasilnya lebih nyata. Pasukannya terdiri dari bagian besar suku
Barbar yang di dukung oleh Musa Ibn Nushair dan sebagian lagi orang Arab yang
dikirim Khalifah
Al-Walid
pasukan itu menyeberangi selat di bawah pimpinan Thariq Ibn Ziad. Sebuah gunung
tempat pertama kali Thariq dan pasukannya mendarat dan mneyiapkan pasukannya,
dikenal dengan Gibraltar
( Jabal
Thariq ) . Dengan dikuasainya derah ini maka terbukalah pintu secara luas untuk
memasuki Andalusia sehingga terjadilah pertempuran di derah Bakkah yang
merupakan tempat raja Roderick dikalahkan.
Dengan
demikian Thariq dapat menahlukan Cordova, Granada dan Toledo. kemenangan ini
memberikan peluang yang sangat besar untuk menaklukkan kewilayah yang lebih
luas lagi. Atas dasar inilah akhirnya Musa Ibn Nushair turun membantu Thariq,
akhirnya Musa Ibn Nushair dan Thariq bergabung dan berhasil menaklukkan
wilayah-wilayah penting di Spanyol seperti Saragosa, Karmonan, Seville dan
Merida.
Perluasan
wilayah selanjutnya pada masa pemerintahan Khalifah Umar Bin abdul Aziz tahun
99 H atau 717 M. Wilayah yang ingin ditaklukkan Pyrenia dan Perancis Selatan,
namun penaklukkan itu mengalami kegagalan. Al – Sammah, pimpinan pasukan mati
terbunuh, kemudian diserahkan kepada Abdul Rahman, namun mereka juga mengalami
kegagalan, dan akhirnya pasukan Islam mundur. Namun peperangan tetap harus
dilakukan. Sehingga gelombang kedua yang dimulai permulaan abad ke – 8 kaum
muslimin sudah dapat menguasai seluruh daerah Andalusia seperti wilayah
Perancis Tengah dan bagian Italia, yang akhirnya kekuasaan Islam di daerah itu
semakin kuat.
B. Faktor Eksternal dan Internal
masuknya Islam di Andalusia
Adapun kemenangan – kemenangan yang
dicapai umat Islam nampak begitu mudah, hal itu dapat dipisahkan dari adanya eksternal
dan internal, yaitu :
a.
Faktor eksternal, adapun yang dimaksud dengan faktor
eksternal ini adalah suatu keadaan yang terdapat dalam negeri Andalusia itu
sendiri. Dimana saat itu kondisi sosial, politik dan ekonomi negeri ini dalam
keadaan menyedihkan. Secara politik wilayah Andalusia terkoyak-koyak dan
terbagi - bagi kedalam beberapa negeri kecil. Ditambah penguasa yaitu aliran
Gothic bersikaf tidak toleran terhadap aliran agama penguasa yaitu aliran
Monofisit, apalagi terhadap penganut agama lain. Sementara penganut agama
terbesar penduduk Andalusia adalah agama yahudi, mereka dipaksa dibaptis
menurut agama Kristen. Rakyat dibagi kepada kelas-kelas sehingga keadaannya
diliputi oleh kemelaratan, ketertindasan, ketiadaan persamaan hak.
b.
Faktor internal, adapun yang dimaksud dengan faktor
internal adalah suatu kondisi yang terdapat dalam tubuh penguasa Islam,
termasuk tokoh-tokoh pejuang dan para prajurit Islam yang terlibat dalam
penaklukkan wilayah Andalusia pada khususnya. Para pemimpin adalah tokoh-tokoh
yang kuat, tentaranya kompak, bersatu dan penuh percaya diri. Yang tak kalah
pentingnya adalah ajaran Islam yang ditinjukkan para tentara Islam, yaitu
toleransi, persaudaraan yang terdapat dalam pribadi kaum muslimin itu
menyebabkan Andalusia menyambut kehadiran Islam disana.
C. Perkembangan Islam dan Keberadaan
Dinasti Ummayah di Andalusia
Masa panjang yang dilalui umat Islam
di Andalusia itu dapat di bagi menjadi enam periode menurut Badry Yatim, yaitu
:
1. Periode Pertama ( 711 – 755 M )
Pada pemerintahan ini, Andalusia
berada dibawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh Khalifah Bani Ummayah
yang berpusat di Damaskus. Pada periode ini stabilitas politik negeri Andalusia
belum tercapai secara sempurna, gangguan-gangguan masih terjadi, baik datang
dari dalam maupun dari luar. Gangguan yang datang dari dalam antara lain berupa
perselisihan diantara elite penguasa, terutama akibat perbedaan etnis dan
golongan. Disamping itu, terdapat perbedaan pandangan antara khalifah di Damaskus
dan Gubernur Afrika Utara yang berpusat di Kairawan. Masing-masing mengaku
bahwa merekalah yang paling berhak menguasai daerah Andalusia. Karena itu
terjadi dua puluh kali pergantian wali ( Gubernur )Andalusia dalam waktu yang
amat singkat. Sementara gangguan yang datang dari luar yaitu sisa-sisa musuh
Islam di Andalusia yang yang bertempat tinggal dipegunungan yang tidak pernah
tunduk kepada pemerintahan Islam gerakan ini terus memperkuat diri. Setelah
berjuang lebih dari 500 tahun, akhirnya mereka mampu mengusir Islam di bumi
Andalusia, maka dalam periode Islam belum memasuki kegiatan pembangunan
dibidang peradaban dan kebudayaan. Periode ini berakhir dengan datangnya Abdl
Rahman Al – Dakhil ke Andalusia ( 138 H atau 755 ).
2. Periode Kedua (755 – 912 M ).
Periode ini, Andalusia diperintah
oleh seorang Amir ( panglima atau Gubernur ) tetapi tidak tunduk pada pusat
pemerintahan Islam, yang ketika itu dipegang oleh Khalifah Abbasiyah di
Baghdad. Amir pertama adalah Abdur Rahman I diberi gelar Al – Dakhil ( yang
termasuk ke Andalusia ). Dia adalah keturunan Bani Ummayah. Penguasa – penguasa
Andalusia pada periode ini adalah Abdl Al – Rahman Al – Aushat, Muhammad Ibn
Abd Al – Rahman, Munzir Ibn Muhammad dan Abdullah Ibn Muhammad. Pada periode
ini Andalusia sudah mulai maju baik dalam bidang politik maupun dalam bidang
peradaban, dengan mendirikan mesjid dan sekolah-sekolah, Hisyam dikenal berjasa
menegakkan hukum Islam dan Hakam dikenal sebagai pembaharu dalam bidang
kemiliteran. Sedangkan Abdl Rahman Al –Aushat dikenal sebagai penguasa yang
cinta ilmu.
3. Periode Ketiga ( 912 – 1013 M )
Periode ini berlangsung mulai dari
pemerintahan Abdl Rahman III yang bergelar “ An – Nasir “ sampai munculnya “
raja-raja kelompok “ yang dikenal sebagai Muluk Al –Thawaif. Pada periode ini
Andalusia diperintah oleh penguasa dengan gelar Khalifah, penggunaan gelar
khalifah ini beradasarkan atas berita bahwa khalifah Al – Muqtadir daulat Bani
Abbas di Baghdad meninggal dunia. Menurutnya keadaan ini saat yang paling tepat
untuk memakai gelar khalifah yang telah selama 150 tahun lebih dan dipakai lagi
mulai tahun 929 M. khalifah – khalifah besar yang memerintah pada periode ini
ada tiga orang yaitu : Abdl Al – Rahman Al – Nasir ( 912 – 916 M ), Hakam II (
961 – 976 M ), dan Hisyam II ( 976 – 1009 M ).
Pada periode ini umat Islam mencapai
puncak kemajuan dan kejayaan menyaingi kejayaan daulat di Baghdad. Abdl Al –
Rahman Al – Nasir mendirikan Universitas Cordova. Perpustakaannya memiliki
koleksi ratusan ribu buku. Hakam II juga seorang kolektor buku dan pendiri
pustaka. Selanjutnya Hisyam naik tahta dalam umur sebelas tahun yang nerupakan
awal cikal bakal hancurnya khalifah Bani Ummyah di Andalusia . Dan hancur pada
tahun 1009 M . akhirnya pada tahun 1013 M, Dewan Menteri yang memerintah
Cordova menghapuskan jabatan khalifah, saat ini spanyol sudah terbagi kepada
banyak sekali negara kecil.
4. Periode Keempat ( 1013 – 1086 M
).
Periode ini, Andalusia terpecah
menjadi lebih dari tiga puluh negara kecil di bawah pemerintahan raja-raja
golongan atau Al – Maluku – Thawaif, yang berpusat di suatu kota seperti
Seville, Cordova, Toledo dan sebagainya. Yang terbesar adalah Abbadiyah di
Sevile. Pada periode ini umat islam kembali memasuki masa pertikaian intern.
Ironisnya, kalau terjadi perang saudara, adadi antara pihak-pihak yang bertikai
itu yang meminta bantuan kepada raja-raja Kristen. Melihat kelemahan dan
kekacauan yang menimpa keadaan politik Islam itu, untuk pertama kalinya
orang-orang Kristen pada periode itu mulai mengambil inisiatif melakukan
penyerangan. Meskipun kehidupan politik tidak stabil, namun kehidupan
intelektual terus berkembang pada period ini.
5. Periode Kelima
Pada periode ini Andalusia Islam
meskipun masih terpecah dalam beberapa negara, tetapi terdapat satu kekuatan
yang dominan, yaitu kekuasaan dinasti Murabhitun ( 1086 – 1235 M). Dinasti Murabhitun
pada mulanya adalah sebuah gerakan agama yang didirikan oleh Yusuf Ibn Tasyfin
di afrika Utara. Ia datang ke Andalusia karena di undang oleh penguasa Islam di
Andalusia. Akhirnya ia berhasil mengalahkan serangan Kristen dan berhasil
menguasai Andalusia. Namun kekuatan Murabhitun berakhir dan diganti oleh
dinasti Muwahidun yang didirikan oleh Muhammad Ibn Tumart. Dari dinasti inilah
kota-kota penting di Andalusia dapat direbut kembali seperti : Cordova,
Granada, Almeria. Namun Kristen tetap terus mengadakan penyerangan yang
akhirnya Muwahiddun kalah dan kembali Kristen menguasai pemerintahan sehingga
tahun 1238 M Cordova mereka kuasai dan tahun 1248 Sevile. Akhirnya hanya
Granada yang masih dikuasai Islam.
6. Periode Keenam (1248-1492/ 1609
M)
Periode ini Islam hanya berkuasa di
Granada di bawah pimpinan Bani Ahmar. Pada pemerintahannya peradaban Islam
mengalami kemajuan kembali. Namun pemerintahannya secara politik hanya
menguasai wilayah yang kecil. Kekuatan ini pun berakhir karena adanya
perselisihan orang istana dalam merebut kekuasaan.
D. Perkembangan Peradaban Islam
Dalam masa lebih dari tujuh abad
kekuasaan Islam di Andalusia, umat Islam telah mencapai kejayaannya disana.
Banyak prestasi yang mereka peroleh bahkan pengaruhnya membawa ke Eropa, dan
kemudian dunia, kepada kemajuan yang lebih kompleks, diantara yang telah
terbangun adalah :
1. Kemajuan Intelektual
Masyarakat Andalusia Islam merupakan
masyarakat majemuk yang terdiri dari komunitas-komunitas Arab-arab (Utara dan
Selatan), Al-Muwalladun (orang-orang Andalusia yang masuk islam), Barbar (umat
islam yang berasal dari Afrika Utara) Al-Shaqallibah (penduduk antara
konstantinipel dan Bulgaria yang menjadi tawanan Jerman dan dijual kepada
penguasa islam untuk dijadikan tentara bayaran). Yahudi Kristen yang berbudaya
arab dan Kristen yang masih menentang kehadiran islam. Semua komunitas ini
kecuali yang terakhir, memberikan saham intelektual terhadap terbentuknya
lingkungan budaya Andalus yang melahirkan kebangkitan ilmiah, sastra dan
pembangunan fisik di Andalusia. Kemajuan-kemajuan intelektual ini dapat
dilihat diberbagai bidang antara lain :
a. Filsafat
Minat terhadap filsafat dan ilmu
pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke-9 selama pemerintahan penguasa Bani
Umayyah yang ke-5, yaitu Muhammad Ibn Abdl Al-Rahman (832-886 M). Tokoh utama pertama dalam sejarah
filsafat Arab-Andalusia adalah Abu Bakr Muhammad Ibn Al-Sayigh yang lebih dikenal
dengan Ibn Bajjah. Tokoh utama kedua adalah Abu Bakr Ibn Thufail, ia banyak
menulis masalah kedokteran, astronomi dan filsafat. Karya filsafatnya yang
sangat terkenal adalah Hay Ibn Yaqzhan. Bagian akhir abad ke 12 M menjadi saksi
munculnya seorang pengikut Aristoteles yang dikenal sebagai komentator
pikiran-pikiran dialah Ibn Rusyd (Averroes) hidup antara 1126-1198 M, karena
itu pula ia dijuluki sebagai Aristoteles II, pengaruhnya sangat menonjol atas
pendukung filsafat skholastik Kristen dan pikiran-pikiran Sarjana Eropah pada
abad pertengahan.
b. Sains
Dalam bidang ini bermunculan
tokoh-tokoh ilmuwan seperti Abbas Ibn Farnas termashyur dalam ilmu kimia dan
astronomi orang yang pertama menemukan pembuatan kaca dari batu, Ibrahim bin
Naqqash dalam bidang astronomi dapat menentukan kapan terjadinya gerhana
matahari dan kapan lamanya, ia juga berhasil membuat teropong modern yang dapat
menentukan jarak antara tata surya dan bintang-bintang. Ahmad ibn Abbas dari
Cordova ahli dalam bidang obat-obatan dan banyak lagi tokoh-tokoh yang
disebutkan namun sangat besar jasanya dalam perkembangan dan pencerahan ilmu
pengetahuan pada masa itu.
c. Fikih
Dalam bidang fikih, Andalusia islam
dikenal sebagai penganut mahzab Maliki. Yang memperkenalkan mahzab ini adalah
Ziad Ibn Abd Al-Rahman. Perkembangan selanjutnya ditentukan oleh Ibn Yahya yang
menjadi qadhi pada masa Hisyam Ibn abd. Al-Rahman. Ahli-ahli fikihnya lainnya
diantaranya adalah Abu Bakar Ibn Al-Quthiyah, Munzir Ibn Sa’id Al-Baluti, dan
Ibn Hazm yang terkenal.
d. Musik dan Kesenian
Tokohnya Al-Hasan Ibn Nafi yang
dijuluki Zaryab, Zaryab yang selalu tampil mempertunjukkan kebolehannya yang
terkenal sebagai penggubah lagu.
e. Bahasa dan Sastra
Karya-karya sastra banyak
bermunculan, seperti Al-Iqad Al-Farid karya Ibn Abd Rabbih , Al-Dzakhirah fi
Mahasin Ahl Al-Jazirah oleh ibn Bassam, Kitab Al-Qalaid buah karya Al-Fath Ibn
Khaqan dan banyak lagi yang lain.
2. Kemegahan Pembangunan Fisik
Aspek pembangunan fisik yang
mendapat perhatian umat islam sangat banyak seperti dalam perdagangan.
Jalan-jalan dan pasar dibangun seindah mungkin. Di samping itu pula bidang
pertanian juga tidak ketinggalan dengan memperkenalkan system irigasi, kemudian
memperkenalkan pertanian padi, jeruk, kebun dan taman-taman.
E. Kemunduran dan Kehancuran
Ada beberapa penyebab kemunduran dan
kehancuran islam di Andalusia sekaligus menunjukkan kekuatan Islam di Andalusia
tak berdaya lagi. Kemajuan dan kejayaan yang pernah dinikmati oleh umat islam
Andalusia selama berabad-abad sekarang hanya tinggal sejarah yang dapat dibaca,
dikenang dan menjadi pelajaran yang berharga diantara penyebab kemunduran dan
kehancuran itu antara lain :
1. Konflik Islam dengan Kristen
Para penguasa tidak menyebarkan
islam secara kaffah, sehingga para umat Kristen masih tetap beragama Kristen di
Andalusia, mereka diberi kebebasan menjalankan ajaran agama yang pada akhirnya
mereka mengadakan penyerangan balik terhadap Islam. Disamping itu pula
orang-orang Andalusia Kristen merasa kehadiran orang Arab Islam memperkuat rasa
kebangsaan mereka, maka penyerangan terhadap islam tidak pernah terhenti sejak
awal pemerintahan Islam di Andalusia.
2. Tidak ada Ideologi Pemersatu
Di tempat-tempat lain para mualaf
diperlakukan sebagi orang sederajat,di Andalusia, sebagaimana politik yang
dijalankan Bani Umayyah di Damaskus, orang-orang Arab tidak pernah menerima
orang-orang pribumi. Setidak-tidaknya sampai pada abad ke-10 M, mereka masih
memberi istilah ‘ibad dan Muwalladun kepada para kelompok etnis non Arab.
3. Kesulitan Ekonomi
Andalusia Islam bagaikan terpencil
dari dunia islam yang lain, ia selalu berjuang sendirian, tanpa mendapat
bantuan kecuali dari Afrika Utara. Dengan demikian tidak ada kekuatan
alternatif yang mampu membendung kebangkitan Kristen disana.
F. Pengaruh Peradaban Islam
Andalusia di Eropa
Kemajuan Eropa terus berkembang, hal
ini dilupakan oleh bangsa Eropa yang telah mengambil khazanah ilmu pengetahuan
yang berkembang di Andalusia pada periode klasik. Menurut Faisal Ismail, jika
diteliti secara seksama peranan, jasa dan sembangan islam pada bangsa –bangsa
Eropa dapat dibagi menjadi dua segi.
Pertama, umat Islam “Menyelamatkan“
warisan kebudayaan klasik yunani dari ancaman kehilangan dan kemusnahannya
sehingga penyelidikan – penyelidikan yang dilakukan Aristoteles, Galenus,
Ptolemios dan kawan-kawannya tidak hilang. Sebab kalau ilmu pengetahuan yang
asli hilang maka seoerti dikatakan Hitti, dunia akan tinggal miskin seolah-olah
ilmu pengetahuan itu tidak pernah tercipta.
Kedua, umat islam berjasa dalam
mengolah dan mengembangkan kebudayaan klasik yunani dengan menambahkan
unsur-unsur baru, ia kemudian menjadi sumbangan besar terhadap Eropa sehingga
benua ini memasuki babak baru dengan munculnya masa Renaisansce.
Diantara pemikiran yang sangat
berpengaruh di Eropa adalah Ibn Rusyd yang menganjurkan kebebasan berfikir yang
dia pelajari dan pemikiran Aristoteles. Sebagai baukti besarnya pemikiran Ibn
Rusyd di Eropa timbulnya gerakan Averroisme yang menuntut kebebasan berfikir.
Berawal dari Averroisme ini terjadi reformasi di Eropa pada abad ke 16 M dan
rasionalisme abad ke 17 M. para pemuda Kristen banyak belajar di Universitas
Islam di Andalusia seperti Cardova, Seville, Malaga, dan Salmance. Lalu
sekembalinya mereka menterjemahkan buku-buku muslim di pusat penterjemahan
Toledo. Maka Universitas pertama kali yang berdiri di Eropa yang terkenal
adalah Universitas Paris. Yang mendirikan setelah 30 tahun Ibn Rasyd wafat ,
kemudian berkembang terus pendirian universitas dan sekolah-sekolah.
G.
Pelajaran yang dapat di ambil dari masuknya Islam ke Andalusia
Adapun pelajaran yang bisa dipetik
sebagai pelajaran tentang masuknya Islam di Andalusia, antara lain sebagai
berikut :
1.
Islam dengan mudah diterima di Andalusia (Spanyol) karena penguasa
Spanyol pada waktu itu sangat kejam, tidak adil, dan tidak toleran terhadap
penganut agama selain Kristen. Di pihak lain, Islam memberikan kebebasankepada
rakyat untuk menganut agamanya masing-masing dan lebih mementingkan perdamaian
serta menjunjung tinggi keadilan.
2.
Dengan masuknya Islam, Andalusia menjadi Negara Islam yang kuat, megah,
dan berkeadilan. Masjid Agung Kordoba menjadi pusat tumbuh dan berkembangnya
ilmu pengetahuan. Selama tujuh abad umat islammencapai kejayaan di berbagaii
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, social kemasyarakatan, serta pembangunan
fisik.
3.
Andalusia pada masa kejayaannya menjadi pusat belajar filsafat,
kedokteran, ataupun ilmu alam oleh sarjana Eropa. Islam memberikan kebebasan
berpikir kepada setiap pemeluknya. Dalam bidang filsafat Islam di Spanyol telah mencatat satu lembaran budaya yang
sangat brilian dalam bentangan sejarah Islam. Ia berperan sebagai jembatan
penyeberangan yang dilalui ilmu pengetahuan Yunani-Arab ke Eropa pada abad ke-12.
Minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke-9
M selama pemerintahan penguasa Bani Umayyah yang ke-5, Muhammad ibn Abdurrahman
(832-886 M). Atas inisiatif al-Hakam (961-976 M), karya-karya ilmiah dan
filosofis diimpor dari Timur dalam jumlah besar, sehingga Cordova dengan
perpustakaan dan universitas-universitasnya mampu menyaingi Baghdad sebagai
pusat utama ilmu pengetahuan di dunia Islam. Apa yang dilakukan oleh para
pemimpin dinasti Bani Umayyah di Spanyol ini merupakan persiapan untuk
melahirkan filosof-filosof besar pada masa sesudahnya. Bagian akhir abad ke-12
M menjadi saksi munculnya seorang pengikut Aristoteles yang terbesar di
gelanggang filsafat dalam Islam, yaitu Ibn Rusyd dari Cordova. Ia
lahir tahun 1126 M dan meninggal tahun 1198 M. Ciri khasnya adalah kecermatan
dalam menafsirkan naskah-naskah Aristoteles dan kehati-hatian dalam menggeluti
masalah-masalah menahun tentang keserasian filsafat dan agama. Dia juga ahli
fiqh dengan karyanya Bidayah al- Mujtahid.
4.
Pada saat Islam berkembang dan Kordoba menjadi pusat ilmu pengetahuan,
bangsa Eropa sedang tenggelam dalam masa perbudakan dan kemunduran. Pada abad
ke-15 bangsa Eropa mulai menyadari kemunduran tersebut, kemudian munculah yang
disebut renaissance. Kebangkitan orang-orang Eropa pada hakikatnya
adalah kesadaran mereka untuk menggali sejarah. Islam telah memberikan
pelajaran bagi siapa saja untuk mengembangkan dan mengambil pelajaran dariu
sejarah masa lalu untuk diterapkan pada masa sekarang.